ILMU
PENGETAHUAN
Di
S
U
S
U
N
Oleh
:
Kelompok
I
Nama : muammar
KATA
PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha
Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas
kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada
kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang ILMU PENGETAHUAN ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang ILMU PENGETAHUAN ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Lhokseumawe,13 April 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DARTAR ISI
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
2.1
Definisi Ilmu
Pengetahuan …………………………………………………………………..
2.2
Gejala
Mengetahui …………………………………………………………………………..
2.3
Hakikat Ilmu
Pengetahuan …………………………………………………………………..
2.4
Jenis dan
Sumber Pengetahuan ………………………………………………………………
PENUTUP
Kesimpulan
………………………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ilmu
merupakan suatu pengetahuan, sedangkan pengetahuan merupakan informasi yang
didapatkan dan segala sesuatu yang diketahui manusia. Itulah bedanya dengan
ilmu, karena ilmu itu sendiri merupakan pengetahuan yang berupa informasi yang
didalami sehingga menguasai pengetahuan tersebut yang menjadi suatu ilmu.
Di
kalangan masyarakat saat ini, bahkan siswa, mahasiswa pun yang tiap harinya ke
sekolah, ke kampus, hilir mudik masuk gedung pendidikan untuk menuntut ilmu,
untuk menambah pengetahuan, yang mestinya mereka tahu akan perbedaan dua kata
tersebut, yang mestinya mereka tahu dengan jelas apa itu ilmu dan pengetahuan,
terkadang mereka masih bingung dengan perbedaan ilmu dan pengetahuan.
Tapi,
suatu pendapat mengatakan, sebenarnya manusia tahu, siswa, mahasiswa,
masyarakat tahu, tapi tidak semua manusia dapat mendefinisikan suatu perkara,
tidak semua manusia bisa mengeluarkan isi dalam pikirannya. Karena terkadang
manusia, sebagian manusia hanya bisa mengeluarkan lewat menulis, bukan karena
ia bisu, tapi kemampuannya untuk berbicara tidak sama dengan manusia yang pada
umumnya suka berbicara.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Definisi ilmu
pengetahuan
2.
Perbedaan ilmu
dan pengetahuan
3.
Gejala
mengetahui
4.
Hakikat
pengetahuan
5.
Jenis dan
sumber pengetahuan
1.3 Maksud dan Tujuan
1.
Untuk
mengetahui dan memahami definisi ilmu dan pengetahuan
2.
Untuk
mengetahui dan memahami perbedaan antara ilmu dan pengetahuan
3.
Untuk
mengetahui dan memahami gejala mengetahui
4.
Untuk
mengetahui dan memahami hakikat pengetahuan
5.
Untuk
mengetahui jenis dan sumber pengetahuan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Definisi Ilmu
Pengetahuan
Ilmu
pengetahuan merupakan rangkaian kata yang sangat berbeda namun memiliki kaitan
yang sangat kuat. Ilmu dan pengetahuan memang terkadang sulit dibedakan oleh
sebagian orang karena memiliki makna yang berkaitan dan sangat berhubungan
erat. Membicarakan masalah ilmu pengetahuan dan definisinya memang sebenarnya
tidak semudah yang diperkirakan. Adanya berbagai definisi tentang ilmu
pengetahuan ternyata belum dapat menolong untuk memahami hakikat ilmu
pengetahuan itu.
Di
dalam kamus Bahasa Indonesia, ilmu merupakan pengetahuan tentang suatu bidang
yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu, yang dapat digunakan
untuk menerangkan gejala-gejala tertentu. Mulyadhi Kartanegara mengatakan ilmu
adalah any organized knowledge. Ilmu dan sains menurutnya tidak berbeda,
terutama sebelum abad ke-19, tetapi setelah itu sains lebih terbatas pada
bidang-bidang fisik atau inderawi, sedangkan ilmu melampauinya pada
bidang-bidang non fisik, seperti metafisika.
Adapun
beberapa definisi ilmu menurut para ahli seperti yang dikutip oleh Bakhtiar
tahun 2005 diantaranya adalah :
a.
Mohamad Hatta, mendefinisikan ilmu adalah pengetahuan
yang teratur tentang pekerjaan hukum kausal dalam suatu golongan masalah yang
sama tabiatnya, maupun menurut kedudukannya tampak dari luar, maupun menurut
bangunannya dari dalam.
b. Ralph Ross dan Ernest Van Den Haag, mengatakan ilmu
adalah yang empiris, rasional, umum dan sistematik, dan ke empatnya serentak.
c.
Karl Pearson, mengatakan ilmu adalah lukisan atau
keterangan yang komprehensif dan konsisten tentang fakta pengalaman dengan
istilah yang sederhana.
d. Ashley Montagu, menyimpulkan bahwa ilmu adalah
pengetahuan yang disusun dalam satu sistem yang berasal dari pengamatan, studi
dan percobaan untuk menentukan hakikat prinsip tentang hal yang sedang dikaji.
e.
Harsojo
menerangkan bahwa ilmu merupakan akumulasi pengetahuan yang disistemasikan dan
suatu pendekatan terhadap seluruh dunia empiris yaitu dunia yang terikat oleh
faktor ruang dan waktu, dunia yang pada prinsipnya dapat diamati oleh
pancaindrea manusia. Lebih lanjut ilmu didefinisikan sebagai suatu cara
menganalisis yang mengijinkan kepada ahli-ahlinya untuk menyatakan suatu
proposisi dalam bentuk: “jika… maka”.
f.
Afanasyef,
menyatakan ilmu adalah manusia tentang alam, masyarakat dan pikiran. Ia mencerminkan
alam dan konsep-konsep, kategori dan hokum-hukum, yang ketetapannya dan
kebenarannya diuji dengan pengalaman praktis.
Dari
beberapa definisi ilmu yang dijelaskan para ahli di atas dapat disimpulkan
bahwa ilmu merupakan pengetahuan yang rasional, sistematik, konfrehensif,
konsisten, dan bersifat umum tentang fakta dari pengamatan yang telah
dilakukan. Dan berdasarkan
definisi di atas terlihat jelas ada hal prinsip yang berbeda antara ilmu dengan
pengetahuan. Pengetahuan adalah keseluruhan pengetahuan yang belum tersusun,
baik mengenai matafisik maupun fisik. Dapat juga dikatakan pengetahuan adalah
informasi yang berupa common sense, tanpa memiliki
metode, dan mekanisme tertentu. Pengetahuan berakar pada adat dan tradisi yang
menjadi kebiasaan dan pengulangan-pengulangan. Dalam hal ini landasan
pengetahuan kurang kuat cenderung kabur dan samar-samar. Pengetahuan tidak
teruji karena kesimpulan ditarik berdasarkan asumsi yang tidak teruji lebih
dahulu. Pencarian pengetahuan lebih cendrung trial and error dan
berdasarkan pengalaman belaka.
Secara lebih
jelas, ilmu seperti sapu lidi, yakni sebagian lidi yang sudah
diraut dan dipotong ujung dan pangkalnya kemudian diikat, sehingga menjadi sapu
lidi. Sedangkan pengetahuan adalah lidi-lidi yang masih berserakan di pohon
kelapa, di pasar, dan tempat lainnya yang belum tersusun dengan baik.
Jadi, dari asumsi-asumsi,
pendapat-pendapat yang telah dikumpulkan, maka ilmu pengetahua dapat
didefinisikan sebagai seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan
meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia.
Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu
memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu
diperoleh dari keterbatannya.
2.2
Gejala
Mengetahui
Mengetahui
sebenarnya merupakan suatu kebutuhan manusia, sebab manusia pada dasarnya
berapa pada posisi sebagai makhluk hidup yang dari tidak tahu menjadi tahu,
manusia yang tidak tahu ingin menjadi tahu karena adanya rasa ingin tahu yang
tinggi, dari rasa ingin tahu itulah menjadi suatu kebutuhan manusia untuk
menambah pengetahuan menjadi suatu ilmu yang dimilikinya.. Maka, gejala inilah
yang disebut gejala mengetahui, gejala yang kemudian melahirkan sebuah
pengetahuan (filsafat) bagi manusia. Pengetahuan yang merupakan segala sesuatu
yang diketahui manusia. Sesuatu yang berupa sasaran/ objek pengetahuan manusia,
baik itu berupa sesuatu yang ada, yang mungkin ada, yang pernah ada, bahkan
sesuatu yang mengadakan. Gejala yang
lahir dalam diri manusia karena adanya potensi untuk mengetahui dengan
menggunakan akalnya untuk mengetahui segala sesuatu yang tidak diketahui,
mencari, berupaya, dan akhirnya menganalisis pengetahuan yang didapatnya untuk
memenuhi kebutuhan dan keinginannya. Jika pengetahuan tersebut dapat memuaskan
manusia, maka disebut pengetahuan yang benar. Namun pengetahuan yang tidak
benar disebut kekeliruan. Keliru tersebut seringkali lebih jelek dari pada
tidak tahu dan dapat menghasilkan perbuatan yang salah dan menjadi malapetaka
bagi manusia.
Adapun
pengelompokan manusia dari hasil gejala mengetahui yakni:
- Manusia tahu,
bahwa ia tahu. Maksudnya manusia mengetahui bahwa dirinya mengetahui suatu
objek pengetahuan
- Manusia tahu,
bahwa ia tidak tahu. Maksudnya manusia mengetahui bahwa ia tidak mengetahui
tentang suatu objek pengetahuan tersebut
- Manusia tidak
tahu, bahwa ia tahu. Maksudnya manusia tidak mengetahui/ tidak sadar bahwa
dirinya sebenarnya tahu mengenai suatu objek tersebut
- Manusia tidak
tahu, bahwa ia tidak tahu. Manusia inilah yang disebut manusia yang sok tahu,
karena ia tidak mengetahui bahwa dirinya tidak tahu akan suatu objek tersebut
Maka
proses tidak tahu menjadi tahu inilah yang disebut proses pendidikan.
2.3
Hakikat Ilmu
Pengetahuan
Pengetahuan
merupakan hasil dari keingintahuan manusia dengan suatu subjek yang ingin
diketahuinya. Pada hakikatnya, manusia memahami secara sederhana apa itu
pengetahuan namun yang menjadi masalahnya tidak semua manusia dapat
mendefinisikan dengan baik pengetahuan ilmu pengetahuan itu. Karena sebenarnya,
pengetahuan itu timbul karena manusianya sendiri yang mencari tahu. Ilmu kadang
memiliki makna sebagai sesuatu yang dimiliki seseorang setelah ia
mempelajarinya, sementara pengetahuan adalah apa yang diketahuinya.
Hakikat pengetahuan menurut aliran yang
berkembang yakni,
a. Idealisme
Para penganut aliran idealism berpandangan
bahwa pengetahuan adalah proses-proses mental dan psikologis yang bersifat
subyektif. Oleh karena itu, pengetahuan tidak lain merupakan gambaran subyektif
tentang suatu kenyataan. Menurut mereka, pengetahuan tidak memberikan gambaran
sebenarnya tentang kenyataan yang berada di luar pikiran manusia.
b. Empirisme
Tentang asal-usul pengetahua para penganut
aliran ini mengatakan bahwa pengetahuan berasal dari pengalaman indra. Tentang
hakikat pengetahuan, mereka mengatakan bahwa pengetahuan adlah pengalaman.
Seorang tokoh empirisme radikal adalah David Hume. Dia berpendapat bahwa ide-ide
dapat dikembalikan kepada sensasi-sensasi (rangsang indra). Pengalaman
merupakan ukuran terakhir dari kenyataan. Apa yang dialami, itulah pengetahuan.
c. Positivisme
Kalau idealism dapat dianggap sebagai
kelanjutan dari rasionalisme, maka positivime merupakan perpanjangan dari
empirisme. Para penganut aliran ini menolak kenyataan di luar pengalaman.
Mereka mengatakan bahwa kepercayaan yang berdasarkan dogma harus digantikan
pengetahuan yang berdasarkan fakta.
d. Pragtisme
Tokoh-tokoh aliran ini antara lain Willian
James, John Dewey, dan C.S. Pierce. Menurut aliran ini, hakikat pengetahuan
terletak dalam manfaat praktisnya bagi kehidupan. Pengetahuan adalah sarana
bagi perbuatan. C.S. Pierce mengatakan bahwa yang penting adalah pengaruh
sebuah ide atau pengetahuan bagi sebuah rencana. Nilai sebuah pengetahuan
tergantung pada penerapannya secara konkrit dalam kehidupan masyarakat. Suatu
pengetahuan itu benar bukan karena ia mencerminkan kenyataan obyektif,
melainkan karena ia bermanfaat bagi umum. Menurut William James, ukuran
kebenaran ditentukan oleh akibat praktisnya. Sedangkan John Dewey menegaskan
tidak perlu mempersoalkan kebenaran suatu pengetahuan, tapi sejauh mana
pengetahuan memecahkan persoalan yang dihadapi masyarakat.
Masalah terjadinya
pengetahuan adalah masalah yang amat penting dalam epistemologi, sebab jawaban
terhadap terjadinya pengetahuan maka seseorang akan berwarna pandangan atau
paham filsafatnya.
2.4
Jenis dan
Sumber Pengetahuan
A.
Jenis Pengetahuan
Secara umum, pengetahuan terdiri atas:
1.
Pengetahuan non ilmiah/
pengetahuan biasa (common sense)
Pengetahuan
non ilmiah ialah pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan cara-cara yang
tidak termasuk dalam kategori metode ilmiah.
Secara umum
pengetahuan non ilmiah ialah hasil pemahaman manusia mengenai suatu objek
tertentu yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari.
2. Pengetahuan ilmiah
Pengetahuan
ilmiah ialah segenap hasil pemahaman manusia yang diperoleh dengan menggunakan
metode ilmiah. Pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang sudah lebih sempurna
karena telah mempunyai dan memenuhi syarat tertentu dengan cara berpikir yang
khas, yaitu metodologi ilmiah.
3. Pengetahuan noesis (filsafat)
Pengetahuan
Noesis (filsafat) adalah pengetahuan yang tidak mengenal batas, sehingga yang
dicari adalah sebab-sebab yang paling hakiki. Pengetahuan yang berminat
mencapai pengetahuan kebanaran yang asli yang mengandung ilmu-ilmu metafisika,
logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika atau pengetahuan yang objeknya
adalah arche ialah prinsip utama yang mencakup epistemologik dan metafisik,
ontologi dan aksionlogi.
4.
Pengetahuan agama
Pengetahuan agama adalah pengetahuan yang hanya diperoleh
dari Tuhan melalui para Nabi dan Rasul-Nya yang bersifat mutlak dan wajib
diikuti para pemeluknya. Menjadi tolak ukur kebenaran dalam suatu keyakinan dan
perpegang pada kitab yang dipegang oara pememluknya.
B.
Sumber Pengetahuan
Kebenaran
adalah pernyataan tanpa ragu. Pembuktian kebenaran pengetahuan berdasarkan penalaran akal atau rasioanal atau
menggunakan logika deduktif. Premis dan proposisi sebelumnya menjadi acuan
berpikir rasionalisme. Kelemahan logika deduktif ini sering pengetahuan yang
diperoleh tidak sesuai dengan fakta. Namun pada dasarnya, manusia memperoleh
pengetahuan dari empat sumber yakni empirisme, rasionalisme, intuisi, dan
wahyu.
1.
Empirisme, merupakan manusia yang mendasarkan dirinya
kepada pengalaman yang mengembangkan paham. Menganggap bahwa dunia fisik adalah nyata karena merupakan gejala yang tertangkap oleh
pancaindera. Tokoh-tokohnya antara lain John Locke, Barkeley, David Hume. Para
penganut aliran empirisme tentu saja menentang kaum rasionalis yang begitu
memberikan tempat dan peranan bagi akal dalam proses lahirnya pengetahuan.
Mereka mengajarkan bahwa pengetahuan diperoleh lewat pengalaman. Peran rasio
dalam pengetahuan kecil saja. Yang lebih menentukan adalah pengalaman indra.
Akal hanya merupakan tempat penampungan yang secara positif menerima apa yang
diterima indra. John Locke, filsuf Inggris, misalnya menyebut manusia dengan
tabula rasa (papan yang kosong). Di atas papan yang kosong inilah dicatat
pengalaman-pengalaman yang masuk lewat indra.
2. Rasionalisme, merupakan kaum rasionalis yang
mengembangkan paham rasionalisme, dasar kepastian dan kebenaran pengetahuan.
Para penganut rasionalisme tidak menyangkal peran indra, tetapi mengatakan
bahwa peran indra sangat kecil. Yang lebih aktif justru rasio. Mereka
mengatakan, pengetahuan manusia sebenarnya sudah ada lebih dulu dalam rasio
berupa kategori-kategori. Ketika indra manangkap objek, maka objek-objek yang
ditangkap itu hanya dicocokkan saja dengan kategori yang sudah ada lebih dulu
dalam rasio. Jadi menurut mereka, pengalaman adalah pelengkap bagi akal. Kaum ini menggunakan metode deduktif dalam
menyusun pengetahuannya, idenya didapatkan dari anggapan-anggapan yang
menurutnya jelas dan dapat diterima. Tokoh-tokohnya kebanyakan para filsuf abad
pertengahan, seperti Agustinus, Johanes Scotus, Avicenna, dan para filsuf
modern seperti Rene Descartes, Spinoza, Leibniz, Fichte, Hegel. Plato, Galileo
Galilei dan Leonardo Da Vinci juga
termasuk kelompok ini.
3.
Intuisi, merupakan manusia yang memperoleh pengetahuan
yang tanpa melalui proses penalaran tertentu. Tanpa melalui proses berpikir
berliku-liku tiba-tiba saja dia sudah sampai disitu. Paham ini diajarkan oleh
Henri Bergon, sering filsuf Prancis. Bergson membedakan pengetahuan atas
pengetahuan diskursif dan pengetahuan intuitif. Pengetahuan diskursif bersifat
analitis, dan diperoleh melalui perantara simbol. Pengetahuan seperti ini
dinyatakan dalam simbol, yakni bahasa. Jadi ini merupakan pengetahuan tidak
langsung. Kalau saya menceritakan pengalaman saya, maka saya menggunakan
bahasa. Jadi, pengetahuan yang diperoleh dengan cara ini bersifat tidak
langsung. Sebaliknya pengetahuan intuitif bersifat langsung, sebab tidak
dikomunikasikan melalui media simbol. Pengetahuan ini diperoleh lewat intuisi,
pengalaman langsung orang yang bersangkutan. Jelas, pengetahuan seperti ini
lebih lengkap. Ia menghadirkan pengalaman dan pengetahuan yang lengkap bagi
orang yang mengalaminya. Tapi, alhasil pengetahuan jenis ini bersifat
subyektif, sebab hanya dialami oleh orang tersebut. Menurut intuisionisme,
pengetahuan yang lengkap hanya diperoleh lewat intuisi, yakni penglihatan
langsung. Pada pengalaman itu orang seperti melihat kilatan cahaya yang
memberikan kepadanya pengetahuan tentang sesuatu secara tuntas. Jadi, ini
merupakan pengetahuan lengkap, sedangkan pengetahuan diskursif bersifat nisbih
dan parsial. Jelaslah, bahwa sifat pengetahuan dalam intuisionisme lebih
subyektif dibanding pengetahuan rasionalis dan empiris yang lebih objektif.
4. Wahyu, merupakan pengetahuan yang bersumber dari Tuhan
melalui hamba-Nya yang terpilih untuk menyampaikannya (Nabi atau Rasul).
Melalui wahyu, manusia diajarkan tentang pengetahuan, baik yang terjangkau
maupun tidak terjangkau oleh manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Sumarna, Cecep. (2007). Filsafat
Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia, Jakarta :
Bumi Aksara
Loren Bagus, (1996). Kamus
filsafat. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Koenta Wibisono. (19970. “gagasan
strategic tentang kultur keilmuan pada
pendidikan tinggi. Jurnal Filsafat,
Edisi Khusus agustus 1997.
0 Response to "MAKALAH ILMU PENGETAHUAN"
Post a Comment