AKHLAK KEPADA ORANG TUA
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
muammar
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang
berjudul “ AKHLAK KEPADA
ORANG TUA”
Sebagai
seorang muslim yang baik kita tentu tahu bahwa akhlak terhadap orang tua
merupakan sesuatu hal yang sangat penting. Karena, orang tua adalah orang yang
mengenalkan kita pada dunia dari kecil hingga dewasa. Dan setiap orang tua pun
pasti mempunyai harapan terhadap anaknya agar kelak menjadi anak yang sukses,
berbakti kepada orang tua, serta menjadi lebih baik dan sholeh.
Namun
di zaman dewasa ini banyak dari kita seperti lupa terhadap kewajiban kita
terhadap orang tua sebagai muslim yang baik, yaitu adalah kita harus memiliki
akhlak yang sempurna terhadap orang tua kita. Makalah ini mengandung poin-poin
penting bagaimana menjadi seorang anak yang berbakti terhadap orang tuanya.
Maka selain sebagai upaya untuk mengerjakan tugas akhlak, saya berharap bahwa
tugas makalah ini juga dapat dijadikan sebagai pengingat bagi setiap orang
muslim yang membacanya akan pentingnya akhlak terhadap orang tua.
Alue Awe, 29 April 2016
Kelompok 10
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang........................................................................... 1
2.
Rumusan Masalah...................................................................... 1
3.
Tujuan Masalah
….................................................................... 1
BAB
II PEMBAHASAN
A. Pengertian Akhlak Kepada Orang
Tua ...................................... 2
B. Makna Birrul Walidain ……… ................................................. 3
C. Keutamaan Birrul Walidain …................................................... 11
BAB III PENUTUP
1. Kesimpulan ................................................................................ 13
2.
Saran ………….......................................................................... 13
DAFTAR
PUSTAKA ................................................................. 14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai seorang muslim yang baik
kita tentu tahu bahwa akhlak terhadap orang tua merupakan sesuatu hal yang
sangat penting. Karena, orang tua adalah orang yang mengenalkan kita pada dunia
dari kecil hingga dewasa.Dan setiap orang tua pun pasti mempunyai harapan
terhadap anaknya agar kelak menjadi anak yang sukses, berbakti kepada orang
tua, serta menjadi lebih baik dan sholeh.
Maka dari itu, jika kita memang
seorang muslim yang baik hendaknya kita selalu berbakti kepada orang tua,
melakukan apa yang telah diperintahkan oleh orang tua, dan pantang untuk
membangkang kepada orang tua.
Namun di zaman dewasa ini banyak
dari kita seperti lupa terhadap kewajiban kita terhadap orang tua sebagai
muslim yang baik, yaitu adalah kita harus memiliki akhlak yang sempurna
terhadap orang tua kita. Makalah ini mengandung poin-poin penting bagaimana
menjadi seorang anak yang berbakti terhadap orang tuanya. Maka selain sebagai
upaya untuk mengerjakan tugas akhlak, saya berharap bahwa tugas makalah ini
juga dapat dijadikan sebagai pengingat bagi setiap orang muslim yang
membacanya akan pentingnya akhlak terhadap orang tua.
B. Rumusan Masalah
Rumusan Masalah yang penulis ambil
dari Makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Apa Pengertian Akhlak Kepada Orang Tua ?
2.
Bagaimana Makna Birrul Walidain ?
3. Bagaimana Keutamaan Birrul
Walidain ?
4. Tujuan Masalah
1.
Menjelaskan pengertian Akhlak kepada Orang Tua.
2.
Menjelaskan makna birrul walidain.
3.
Menjelaskan keutamaan birrul walidain.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Akhlak Kepada Kepada Kedua Orang Tua
Kata
Akhlak. berasal dari bahasa Arab, jamak dari khuluqun yang menurut bahasa
berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku dan tabiat.[[1]]
Tabiat atau watak dilahirkan karena hasil perbuatan yang diulang-ulang sehingga
menjadi biasa. Perkataan ahklak sering disebut kesusilaan, sopan santun dalam
bahasa Indonesia; moral, ethnic. Dalam bahasa Inggris sering disebut ethos
sedangkan ethios dalam bahasa Yunani. Kata tersebut mengandung segi-segi
persesuaian dengan perkataan khalqun yang berarti kejadian, yang juga erat
hubungannya dengan khaliq yang berarti pencipta; demikian pula dengan makhluqun
yang berarti yang diciptakan.
Adapaun
definisi akhlak menurut istilah ialah kehendak jiwa manusia yang menimbulkan perbuatan
dengan mudah karena kebiasaan, tanpa memerlukan pertimbangan pikiran terlebih
dahulu. Senada dengan hal ini Abd Hamid Yunus mengatakan bahwa akhlak ialah
Sikap mental yang mengandung daya dorong untuk berbuat tanpa berfikir dan
pertimbangan.[[2]]
Menurut
Imam Ghazali, dalam kitab ihya ulumuddin, mengatakan akhlak dengan gampang dan
mudah dengan tidak memerlukan pemikiran dan pertimbangan.[[3]]
Dengan
demikian dari definisi akhlak dan kedua orang tua di atas dapat disimpulkan
bahwa akhlak kepada kedua orang tua adalah kehendak jiwa manusia yang menimbulkan
perbuatan baik karena kebiasaan tanpa pemikiran dan pertimbangan sehingga
menjadi kepribadian yang kuat di dalam jiwa seseorang untuk selalu berbuat baik
kepada orang yang telah mengasuhnya mulai dari di dalam kandungan maupun
setelah dewasa.
B.
Bir Al-Walidain ( Berbakti kepada Kedua orang Tua )
1. Makna "Al-Birr"
Al
Birr yaitu kebaikan, berdasarkan sabda Rasulullah "Al Birr adalah baiknya
akhlaq.[[4]]
Al-Birr merupakan haq kedua orang tua dan kerabat dekat. Sedangkan lawan dari
al-Birr adalah Al-‘Uquuq yaitu kejelekan dan menyia-nyiakan haq. Al Birr adalah
mentaati kedua orang tua didalam semua apa yang mereka perintahkan kepada kita
semua, selama tidak bermaksiat kepada Allah, sedangkan Al-‘Uquuq dalam
aplikasinya adalah menjauhi mereka dan tidak berbuat baik kepadanya.[[5]]
Menurut
Urwah bin Zubair tentang "Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua
dengan penuh kesayangan." (QS. Al Isra’ :24). Dalam ayat ini menurut
beliau jangan sampai mereka berdua tidak ditaati sedikitpun.[[6]] Sedangkan
menurut Imam Al Qurtubi yang dimaksud dengan kalimat ‘Uquuq adalah durhaka
kepada orang tua adalah menyelisihi atau menentang keinginan-keinginan mereka
dari perkara-perkara yang mubah, sedsngkan kalimat Al-Birr atau berbakti kepada
keduanya adalah memenuhi apa yang menjadi keinginan mereka. Oleh karena itu,
apabila salah satu atau keduanya memerintahkan sesuatu, maka wajib mentaatinya
selama hal itu bukan perkara maksiat, sekalipun apa yang mereka perintahkan
bukan perkara wajib tapi mubah pada asalnya,begitu pula apabila apa yang mereka
perintahkan adalah perkara yang mandub yaitu disukai atau disunnahkan
maka diwajibkan juga.[[7]]
Seiring
dengan pernyataan diatas Ibn Taimiyyah yang dikutipnya dari Abu Bakar di dalam kitab Zaadul
Musaafir yaitu barang siapa yang menyebabkan kedua orang tuanya marah dan
menangis, maka dia harus mengembalikan keduanya kepada suasana yang semula agar
mereka bisa tertawa dan senang kembali.[[8]]
2. Hukum Birrul Walidain
Para
Ulama’ Islam sepakat bahwa hukum berbuat baik atau berbakti pada kedua orang
tua hukumnya adalah wajib, hanya saja mereka berselisih tentang ibarat-ibarat
atau contoh pengamalannya misalnya mengenai orang anak yang mengatakan “uh”
atau “ah” ketika di suruh oleh kedua orang tua tersebut. Pendapat Ibnu Hazm
menganai hukum birrul walidain, menurutnya birul walidain adalah fardhu a’in
yaitu wajib bagi masing-masing individu. Sedangkan menurut Al-Qadli Iyyad birrul walidain
adalah wajib kecuali terhadap perkara yang haram.
Adapun
dalil-dalil Shahih dan Sharih yang mereka gunakan banyak sekali diantaranya:
a. Firman Allah Swt. dalam surah An-Nisa’
ayat 36 yaitu "Sembahlah Allah dan jangan kamu mempersekutukan-Nya dengan
sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua Ibu Bapak". (An
Nisa’ : 36).[[9]]
b. Firman Allah Swt. Dalam Al-qur’an surah
Al-Isra’ ayat 23 yang artinya "Dan Rabbmu telah memerintahkan supaya
kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu
bapakmu dengan sebaik-baiknya". (QS. Al Isra’: 23).[[10]]
c. Firman Allah Swt di dalam Al-Qur’an
surah Lukman ayat 14 yang artinya "Dan Kami perintahkan kepada manusia
(berbuat baik) kepada dua orang Ibu Bapanya, Ibunya telah mengandungnya dalam
keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun. Maka
bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang Ibu Bapakmu, hanya kepada-Ku-lah
kembalimu." (QS. Luqman :14).[[11]]
d. Hadits Al Mughirah bin Syu’bah dari Nabi
Shalallahu ‘Alaihi Wasallam beliau bersabda "Sesungguhnya Allah
mengharamkan atas kalian mendurhakai para Ibu, mengubur hidup-hidup anak
perempuan, dan tidak mau memberi tetapi meminta-minta atau bakhil dan Allah
membenci atas kalian mengatakan katanya si fulan begini si fulan berkata begitu
tanpa diteliti terlebih dahulu, banyak bertanya yang tidak bermanfaat, dan
membuang-buang harta".[[12]]
3. Macam-Macam Bir Al-Walidain dan Hak-Hak Mereka
Kedua
orang tua adalah manusia yang paling berjasa dan utama bagi diri seseorang.
Allah SWT telah memerintahkan
dalam berbagai tempat di dalam Al-Qur'an agar berbakti kepada kedua orang tua. Hak kedua orang tua
merupakan hak terbesar yang harus dilaksanakan oleh setiap Muslim. Di sini akan
dicantumkan beberapa adab yang berkaitan dengan masalah ini. Antara lain hak
yang wajib dilakukan semasa kedua orang tua hidup dan setelah meninggal.
Hak-hak yang wajib
dilaksanakan semasa orang tua masih hidup ialah sebagai berikut :
a. Mentaati Mereka Selama Tidak Mendurhakai
Allah
Mentaati kedua orang tua hukumnya wajib
atas setiap Muslim. Haram hukumnya mendurhakai keduanya. Tidak diperbolehkan
sedikit pun mendurhakai mereka berdua kecuali apabila mereka menyuruh untuk
menyekutukan Allah atau mendurhakai-Nya. Allah SWT berfirman: "Dan jika
keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada
pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya..." (QS.
Luqman: 15).[[13]]
b. Berbakti dan Merendahkan Diri di Hadapan
Kedua Orang Tua
Allah SWT juga berfirman "Kami perintahkan
kepada manusia supaya berbuat baik kepada kedua orang tua ibu bapaknya..."
(QS. Al-Ahqaaf: 15)[[14]]
"Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya
dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang tua ibu bapak..."
(QS. An-Nisaa': 36).[[15]]
Perintah berbuat baik ini lebih ditegaskan jika usia kedua orang tua semakin
tua dan lanjut hingga kondisi mereka melemah dan sangat membutuhkan bantuan dan
perhatian dari anaknya. Ini juga diperkuat
dengan Firman Allah dalan Al-qur’an Surah Al-Israa’ ayat 23-24.
c. Merendahkan Diri Di Hadapan Keduanya
Rendahkanlah diri dihadapan mereka
berdua dengan cara mendahulukan segala urusan mereka, mempersilakan mereka
duduk di tempat yang empuk, menyodorkan bantal, janganlah mendului makan dan
minum, dan lain sebagainya. Hal yang sepele ini kadang bisa kita lupakan, tidak
sadar jika hal itu bisa mendurhakai kepada
kedua orang tua kita.
d. Berbicara Dengan Lembut Di Hadapan Mereka
Berbicara dengan lembut merupakan
kesempurnaan bakti kepada kedua orang tua dan merendahkan diri di hadapan
mereka, sebagaimana firman Allah SWT :"...Maka sekali-kali janganlah kamu
mengatakan kepada keduanya perkataan 'ah' dan janganlah kamu membentak mereka
dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia." (QS. Al-Israa': 23).[[16]]
Oleh karena itu, berbicaralah kepada mereka berdua dengan ucapan yang lemah
lembut dan baik serta dengan lafazh yang bagus.
e. Menyediakan Makanan Untuk Mereka
Menyediakan makanan juga termasuk bakti
kepada kedua orang tua, terutama jika ia memberi mereka makan dari hasil jerih
payah sendiri. Jadi, sepantasnya disediakan untuk mereka makanan dan minuman
terbaik dan lebih mendahulukan mereka berdua daripada dirinya, anaknya, dan
suaminya.
f. Meminta Izin Kepada Mereka Sebelum
Berjihad dan Pergi Untuk Urusan Lainnya
Izin kepada orang tua diperlukan untuk
jihad yang belum ditentukan. Seorang laki-laki datang menghadap Rasulullah saw dan bertanya: "Ya,
Raslullah, apakah aku boleh ikut berjihad?" Beliau balik bertanya:
"Apakah kamu masih mempunyai kedua orang tua?" Laki-laki itu
menjawab: "Masih." Beliau bersabda: "Berjihadlah dengan cara
berbakti kepada keduanya.[[17]]
Seorang laki-laki hijrah dari negeri
Yaman lalu Nabi saw bertanya kepadanya: "Apakah kamu masih mempunyai
kerabat di Yaman?" Laki-laki itu menjawab: "Masih, yaitu kedua orang
tuaku." Beliau kembali bertanya: "Apakah mereka berdua
mengizinkanmu?" Laki-laki itu menjawab: "Tidak." Lantas, Nabi
saw bersabda:
"Kembalilah kamu kepada mereka dan mintalah izin dari mereka. Jika mereka
mengizinkan, maka kamu boleh ikut berjihad, namun jika tidak, maka berbaktilah
kepada keduanya.[[18]]
Pentingya ridha seorang ibu itu
mengalahkan keputusan seorang nabi sendiri. Dapat kita lihat hadist-hadist yang
menjelaskan kemulian seorang ibu mengalahkan kemulian seorang bapak sekalipun
mereka sama-sama orang tua kita, alasanya sangat sederhana ibulah yang
mengandung dan melahirkan serta mengasuh kita sampai dewasa. Mengenai kehamilan
seorang ibu di gambarkan di dalam al-Qur’an dengan kalimat “ wahnan ‘ala
wahnin” yaitu derita diatas penderitaan.
g. Memberikan Harta Kepada Orang Tua
Menurut Jumlah Yang mereka Inginkan
Rasulullah saw pernah bersabda kepada
seorang laki-laki ketika ia berkata: "Ayahku ingin mengambil
hartaku." Nabi saw bersabda: "Kamu dan hartamu milik ayahmu.[[19]]
Oleh sebab itu, hendaknya seseorang jangan bersikap bakhil atau kikir terhadap
orang yang menyebabkan keberadaan dirinya, memeliharanya ketika kecil dan
lemah, serta telah berbuat baik kepadanya.
h. Membuat Keduanya Ridha Dengan Berbuat
Baik Kepada Orang-orang yang Dicintai Mereka
Hendaknya seseorang membuat kedua orang
tua ridha dengan berbuat baik kepada para saudara, karib kerabat, teman-teman,
dan selain mereka. Yakni, dengan memuliakan mereka, menyambung tali
silaturrahim dengan mereka, menunaikan janji-janji orang tua kepada mereka.
Akan disebutkan nanti beberapa hadits yang berkaitan dengan masalah ini.
i.
Memenuhi
Sumpah Kedua Orang Tua
Apabila kedua orang tua bersumpah kepada
anaknya untuk suatu perkara tertentu yang di dalamnya tidak terdapat perbuatan maksiat,
maka wajib bagi seorang anak untuk memenuhi sumpah keduanya karena itu termasuk
hak mereka. Misalnya, mereka bersumpah jika tanah saya laku dijual denga harga
Rp 1M maka saya akan memberikan 1/3 dari uang saya tersebut tetapi sebelum itu
dilaksanakan kedua orang tua tersebut sudah meninggal dunia, maka sumpah ini
harus dipenuhi oleh ahli warisnya.
Hal ini pernah dilakukan oleh para
sahabat ketika Nabi Bersabda “ saya akan berpuasa pada bulan asyura” tetapi
sebelum bulan itu datang Nabi telah wafat terlebih dahulu, tetapi dengan
ijtihad para sahabat tetap melaksankan ritual puasa tersebut sampai sekarang.
j.
Tidak
Mencela Orang Tua atau Tidak Menyebabkan Mereka Dicela Orang Lain
Mencela orang tua dan menyebabkan mereka
dicela orang lain termasuk salah satu dosa besar. Rasulullah saw bersabda:
"Termasuk dosa besar adalah seseorang mencela orang tuanya." Para
Sahabat bertanya: "Ya, Rasulullah, apa ada orang yang mencela orang
tuanya?" Beliau menjawab: "Ada. Ia mencela ayah orang lain kemudian
orang itu membalas mencela orang tuanya. Ia mencela ibu orang lain lalu orang
itu membalas mencela ibunya.[[20]]
k. Mendahulukan Berbakti Kepada Ibu
Daripada Ayah
Seorang laki-laki pernah bertanya kepada
Rasulullah saw:
"Siapa yang paling berhak mendapatkan perlakuan baik dariku?" Beliau
menjawab: "Ibumu." Laki-laki itu bertanya lagi: "Kemudian siapa
lagi?" Beliau kembali menjawab: "Ibumu." Laki-laki itu kembali
bertanya: "Lalu siapa lagi?" Beliau kembali menjawab: "Ibumu."
Lalu siapa lagi?" tanyanya. "Ayahmu," jawab beliau.[[21]]
Maksud lebih mendahulukan berbuat baik
kepada ibu, yaitu lebih bersikap lemah-lembut, lebih berperilaku baik, dan
memberikan sikap yang lebih halus daripada ayah. Hal ini apabila keduanya
berada di atas kebenaran. Sebagian salaf berkata: "Hak ayah lebih besar
dan hak ibu patut untuk dipenuhi."
Di antara hak orang tua setelah
mereka meninggal adalah :
a. Menshalati Keduanya
Maksud menshalati di sini adalah
mendo'akan keduanya. Yakni, setelah keduanya meninggal dunia, karena ini
termasuk bakti kepada mereka. Oleh karena itu, seorang anak hendaknya lebih
sering mendo'akan kedua orang tuanya setelah mereka meninggal daripada ketika
masih hidup. Apabila anak itu mendo'akan keduanya, niscaya kebaikan mereka
berdua akan semakin bertambah, berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam: "Apabila manusia sudah meninggal, maka terputuslah amalannya
kecuali tiga hal: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang
mendo'akan dirinya.[[22]]
b. Beristighfar Untuk Mereka Berdua
Orang tua adalah orang yang paling utama
bagi seorang Muslim untuk dido'akan agar Allah mengampuni mereka karena
kebaikan mereka karena kebaikan mereka yang besar. Allah Subhanahu wa TA'ala
menceritakan kisah Ibrahim Alaihissalam dalam Al-Qur'an: "Ya, Rabb kami,
beri ampunlah aku dan kedua ibu bapakku..." (QS.Ibrahim: 41).[[23]]
c. Menunaikan Janji Kedua Orang Tua
Hendaknya seseorang menunaikan wasiat kedua
orang tua dan melanjutkan secara berkesinambungan amalan-amalan kebaikan yang
dahulu pernah dilakukan keduanya. Sebab, pahala akan terus mengalir kepada
mereka berdua apabila amalan kebaikan yang dulu pernah dilakukan dilanjutkan
oleh anak mereka.
d. Memuliakan Teman Kedua Orang Tua
Memuliakan teman kedua orang tua juga
termasuk berbuat baik pada orang tua, sebagaimana yang telah disebutkan. Ibnu
Umar r.a pernah berpapasan
dengan seorang Arab Badui dijalan menuju Makkah. Kemudian, Ibnu Umar
mengucapkan salam kepadanya dan mempersilakannya naik ke atas keledai yang ia
tunggangi. Selanjutnya, ia juga memberikan sorbannya yang ia pakai. Ibnu Dinar
berkata: "Semoga Allah memuliakanmu. Mereka itu orang Arab Badui dan
mereka sudah biasa berjalan." Ibnu Umar berkata: "Sungguh dulu
ayahnya teman Umar bin al-Khaththab dan aku pernah mendengar Rasulullah
bersabda: "Sesungguhnya bakti anak yang terbaik ialah seorang anak yang
menyambung tali persahabatan dengan keluarga teman ayahnya setelah ayahnya
tersebut meninggal.[[24]]
e. Menyambung Tali Silaturahim Dengan
Kerabat Ibu dan Ayah
Hendaknya seseorang menyambung tali
silaturahim dengan semua kerabat yang silsilah keturunannya bersambung dengan
ayah dan ibu, seperti paman dari pihak ayah dan ibu, bibi dari pihak ayah dan
ibu, kakek, nenek, dan anak-anak mereka semua. Bagi yang melakukannya, berarti
ia telah menyambung tali silaturahim kedua orang tuanya dan telah berbakti
kepada mereka. Hal ini berdasarkan hadits yang telah disebutkan dan sabda
beliau saw: "Barang siapa ingin menyambung silaturahim ayahnya yang ada di
kuburannya, maka sambunglah tali silaturahim dengan saudara-saudara ayahnya
setelah ia meninggal.[[25]]
C.
Keutamaan Birrul Walidain
Adapun
keutamaan birrul walidain adalah sebagai berikut :
1. Termasuk Amalan Yang Paling Mulia
Dari
Abdullah bin Mas’ud mudah-mudahan Allah meridhoinya dia berkata: Saya bertanya
kepada Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam: Apakah amalan yang paling
dicintai oleh Allah?, Bersabda Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam:
"Sholat tepat pada waktunya", Saya bertanya: Kemudian apa lagi?,
Bersabada Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam "Berbuat baik kepada
kedua orang tua". Saya bertanya lagi : Lalu apa lagi? Maka Rasulullah
Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda : "Berjihad di jalan
Allah".(Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dalam Shahih keduanya).
2. Merupakan Salah Satu Sebab-Sebab
Diampuninya Dosa
Allah
SWT berfirman : "Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik
kepada dua orang ibu bapaknya….", hingga akhir ayat berikutnya :
"Mereka itulah orang-orang yang kami terima dari mereka amal yang baik
yang telah mereka kerjakan dan kami ampuni kesalahan-kesalahan mereka, bersama
penghuni-penghuni surga. Sebagai janji yang benar yang telah dijanjikan kepada
mereka." (QS. Al Ahqaf 15-16).[[26]]
3. Termasuk Sebab Masuknya Seseorang Ke
Surga
Dari
Mu’awiyah bin Jaahimah mudah-mudahan Allah meridhoi mereka berdua, Bahwasannya
Jaahimah datang kepada Rasulullah saw kemudian berkata : "Wahai
Rasulullah, saya ingin (berangkat) untuk berperang, dan saya datang (kesini)
untuk minta nasehat pada anda. Maka Rasulullah saw bersabda : "Apakah kamu masih
memiliki Ibu?". Berkata dia : "Ya". Bersabda Rasulullah saw : "Tetaplah
dengannya karena sesungguhnya surga itu dibawah telapak kakinya". (Hadits
Hasan diriwayatkan oleh Nasa’I dalam Sunannya dan Ahmad dalam Musnadnya, Hadits
ini Shohih. (Lihat Shahihul Jaami No. 1248)
4. Merupakan Sebab keridhaan Allah
Sebagaimana
hadits yang terdahulu "Keridhaan Allah ada pada keridhaan kedua orang tua
dan kemurkaan-Nya ada pada kemurkaan kedua orang tua". Allah sangat
membenci orang yang selalu membuat orang tua cemberut, marah dan lain-lain.
Sebagai seorang anak maka kita berkewajiban untuk selalu membuat mereka bangga
terhadap apa yang akan kita capai.
5. Merupakan Sebab Bertambahnya Umur dan
Rizki
Diantarnya
hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik mudah-mudahan Allah meridhoinya,
dia berkata, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda :
"Barangsiapa yang suka Allah besarkan rizkinya dan Allah panjangkan
umurnya, maka hendaklah dia menyambung silaturrahim". Berbakti kepada
kedua orang tua juga merupakan sebab barokahnya rizki.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan.
Dari segi
bahasa Akhlaq berasal daripada kata ‘khulq’ yang bererti perilaku,
perangai atau tabiat. Hal ini terkandung dalam perkataan Sayyidah Aisyah
berkaitan dengan akhlak Rasulullah saw yaitu : “Akhlaknya (Rasulullah)
adalah al-Quran.” Akhlak Rasulullah yang dimaksudkan di dalam kata-kata di
atas ialah kepercayaan, keyakinan, pegangan, sikap dan tingkah laku Rasulullah
saw yang semuanya merupakan pelaksanaan dari ajaran al-Quran.
Menjaga
akhlak kepada kedua orang tua dapat dilakukan dengan berbagai cara salah
satunya yaitu menghormati serta berbicara dengan penuh kasih kepada kedua orang
tua, serta berakhlak yang baik diperintahkan oleh Allah SWT baik dalam
Al-Qur’an maupun hadis, Ada 2 dosa yang disegerakan hukumannya di dunia ini,
yaitu zina dan durhaka kepada kedua orangtua. Medurhakai orang tua akan
mendapatkan ganjaran yang amat pedih sebaliknya berbakti kepada orang tua akan
mendapatkan ganjaran yang setimpal baik didunia maupun di akhirat karena
keridhaan Allah terletak pada keridhaan kedua orang tua.
B. Saran
Akhir
kata, semoga materi tentang akhlak ini dapat berguna bagi kita semua dan mohon maaf jika
terdapat kesalahan dalam makalah ini, karena sebagai manusia kita tak pernah
luput dari kesalahan. Maka dari itu
kami mengharapkan kritik dan saran dari Bapak dan kawan semua.
DAFTAR PUSTAKA
A
Mustafa, Akhlak Tasawuf, Pustaka Setia: Jakarta, 1999.
Abd.
Hamid Yunus, Da.irah al-Ma.arif, II, Asy.syab, t.t : Cairo.
Imam
Ghazali, Ihya Ulumuddin, Darur Riyan,, Jilid. III, 1987.
Ibrahim
Anis, Al-Mu.jam al-Wasith, Darul Ma.arif : MesirDarul Ma.arif, 1972.
Abuddin
Nata dan Fauzan, Pendidikan Dalam Persfektif Hadits, UIN Jakarta Press:
Jakarta, 2005.
Ibn
Muslim al-Qurasyi al- nasaiburi, al-Jami’ al-Shahih, Dar al-Fikr : Bairut
Lebanon Hadis Nomor 1794, 2006.
Urwah
bin Zubair . Ad-Darul Mantsur, jilid
5.
Al
Qurtubi ,Al Jami’ Li Ahkamil Qur’an. Al-Muassah al-risalah : Lebanon. Jil
6, 2000.
Ibnu
Taimiyah. Ghadzaul Al Baab, jilid
1.
Departemen
Agama RI. Al-Qur’an
dan Terjemahnya. Jakarta: Yayasan penyelenggara penterjemah Al-qur’an, 1984.
Keterangan
ini bias kita temukan dalam kitab Fathul Qodiir, jilid 3.
Abi
Abdullah Muhammad bin ismail al_bukhari, Matnul Masykul Bukhari. Dar al-Fikr :
Birut Lebanon hadist no. 4340, 7145, 7257,
2006.
[4] Ibn
Muslim al-Qurasyi al- nasaiburi, al-Jami’ al-Shahih, 2006. Dar al-Fikr : Bairut
Lebanon Hadis Nomor 1794
[9] Departemen Agama RI.
1984. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta: Yayasan penyelenggara penterjemah
Al-qur’an, hal. 168
[10] Departemen Agama RI. 1984. Al-Qur’an dan
Terjemahnya. Jakarta: Yayasan penyelenggara penterjemah Al-qur’an, hal 212
[11] Departemen Agama RI. 1984. Al-Qur’an dan
Terjemahnya. Jakarta: Yayasan penyelenggara penterjemah Al-qur’an, hal 654
[12] Ibn Muslim al-Qurasyi al- nasaiburi, al-Jami’
al-Shahih, 2006. Dar al-Fikr : Bairut Lebanon jilid. 4, hal. 3 hadist no. 1757
[13] Departemen Agama RI. 1984. Al-Qur’an dan
Terjemahnya. Jakarta: Yayasan penyelenggara penterjemah Al-qur’an, hal. 654
[15] Departemen Agama RI.
1984. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta: Yayasan penyelenggara penterjemah
Al-qur’an, hal. 123
[17] Abi Abdullah Muhammad bin ismail al_bukhari, Matnul
Masykul Bukhari. 2006. Dar al-Fikr : Birut Lebanon hadis no. 3004, 5972, dan
Muslim no.2549, dari Ibnu 'Amr radhiyallahu 'anhu
[18] HR. Ahmad, III/76; Abu Dawud no. 2530; al-Hakim,
II/103, 103, dan ia menshahihkannya serta disetujui oleh Adz-Dzahabi dari Abu
Sa'id radhiyallahu 'anhu. Lihat kitab Shahihh Abu Dawud no. 2207
[19] HR. Ahmad, II/204, Abu Dawud no. 3530, dan Ibnu
Majah no. 2292, dariIbnu 'AMr radhiyallahu 'anhu. Hadits ini tertera dalam
kitab Shahiihul Jaami no. 1486
[22] Ibn Muslim al-Qurasyi al- nasaiburi, al-Jami’
al-Shahih, 2006. Dar al-Fikr : Bairut Lebanon jilid. 4, hal. 3 hadist no. 1757
no. 1631 dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu
[24] Ibn Muslim al-Qurasyi al- nasaiburi, al-Jami’
al-Shahih, 2006. Dar al-Fikr : Bairut Lebanon jilid. 4, hal. 3 hadist no. 1757
no. 2552 dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhu
[25] HR. Ibnu Hibban no. 433 dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhu.
Hadits ini tertera dalam kitab Shahiihul Jaami' no. 5960
0 Response to "MAKALAH AKHLAK KEPADA ORANG TUA"
Post a Comment